SEJARAH KOMIK
DI INDONESIA
Ada pembagian kategori komik dari segi usia seperti yang disebutkan di atas. Juga ada juga pembagian kategori komik berdasarkan kisah yang diceritakan, misalnya komik roman, komik silat, komik humor, komik olahraga, komik detektif, komik petualangan, komik politik, komik fiksi ilmiah, dan masih banyak lagi. Secara khusus, pada masa awal munculnya komik di Indonesia, terdapat empat kategori komik; komik wayang, komik silat, komik humor dan komik roman remaja. Komik Indonesia lahir pada 1931 ketika harian Sin Po memuat komik humor yang menceritakan tentang seorang tokoh gendut Put On, karya Kho Wang Gie. Kemudian disusul dengan mingguan Star Magazine yang memuat Si Tolol, dan Star Weekly dengan Oh Koen. Pada saat itu banyak komik asing yang masuk ke Indonesia melalui berbagai media massa (1938-1952, Flippie Flink, Flash Gordon, Rip Kirby, Tarzan, Phantom, Johny Hazard, dll.). Agar dapat mengimbangi komik asing yang masuk, Star Weekly memuat komik Sie Djin Koei karya Siaw Tik Kwie, yang tidak hanya mampu menandingi komik asing, namun juga turut memelopori komik silat di Indonesia.
Hingga pada tahun 1954, banyak komikus Indonesia yang menjiplak dan melakukan imitasi terhadap cerita-cerita serta superhero dari komik-komik barat. Selain itu juga banyak dibuat komik-komik yang menceritakan kisah-kisah perjuangan kemerdekaan hingga kepada dongeng dan legenda. Penerimaan pasar yang begitu luas terhadap komik merangsang pertumbuhan komik Indonesia. Ada begitu banyak judul komik Indonesia yang diterbitkan setiap bulannya, terutama komik yang termasuk ke dalam keempat kategori tersebut di atas. Hingga pertengahan tahun 1971, judul komik Indonesia yang terbit dan beredar berada di atas angka 800.
Perkembangan komik ini akhirnya mendapatkan tentangan dari kaum pendidik yang bahkan merencanakan untuk menghentikan peredaran komik di Indonesia, karena komik dianggap tidak mendidik serta gagasannya yang berbahaya karena membawa budaya asing (1954). Lahirlah komik wayang untuk menjawab tuntutan agar Indonesia dapat menegaskan kepribadian nasionalnya. Kemudian selanjutnya lahir komik roman remaja (1964) yang menceritakan kisah-kisah romantis dengan tokoh-tokoh remaja.
Pada masa keemasan yang dialami oleh komik Indonesia, para komikus dapat menghidupi dirinya dengan upah yang diterima dari penerbit setelah ia berhasil menyelesaikan dan memberikan karyanya ke penerbit. Karena pada masa tersebut belum terdapat banyak hiburan, maka komik dapat menjadi salah satu alternatif hiburan bagi masyarakat. Keadaan ini juga membuat tumbuhnya taman bacaan di seluruh Indonesia untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat akan komik dengan harga yang terjangkau.
Sayangnya perkembangan komik Indonesia yang pernah mengalami masa keemasan tersebut mulai surut sekitar tahun 1970, disusul dengan masuknya komik-komik lisensi yang diterbitkan di Indonesia, seperti misalnya Tintin, Lucky Luke, Richie Rich, Casper, Smurf dan lain-lain. Sekitar tahun 1990 mulai masuk komik-komik dari Jepang (Candy- candy, Doraemon, Kung Fu Boy) dan Hong Kong (Tiger Wong, Tapak Sakti). Dengan masuknya komik-komik seperti di atas tersebut, maka perlahan-lahan komik Indonesia mulai menghilang karena tidak mampu bersaing dengan keberadaan komik-komik lisensi tersebut.
Rabu, 18 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar